Close Menu
MedpolindoMedpolindo
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram
    MedpolindoMedpolindo
    Login
    • Nasional
    • MPR
    • DPR
    • DPD
    • Daerah
    • Peristiwa
    • Polhukam
    • Dunia
    MedpolindoMedpolindo
    • DPR
    • MPR
    • DPD
    • Disclaimer
    • Privacy Policy
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    Beranda » Tingginya Beban Biaya Produksi Ikan Patin Pengaruhi Akses Protein Murah bagi Rakyat
    DPR

    Tingginya Beban Biaya Produksi Ikan Patin Pengaruhi Akses Protein Murah bagi Rakyat

    redaksiBy redaksi20 Juni 202502 Mins Read
    Share Facebook Twitter Pinterest Copy Link LinkedIn Tumblr Email Telegram WhatsApp
    Bagikan
    Facebook Twitter LinkedIn Copy Link

     Anggota Komisi IV DPR RI, I Ketut Suwendra, menyoroti persoalan serius yang dihadapi para peternak ikan patin di Kampung Masjid, Pekanbaru, Riau. Dalam kunjungan kerja Komisi IV yang diikuti olehnya, Ketut menemukan bahwa para petani ikan patin dibebani oleh tingginya biaya produksi yang tidak sebanding dengan harga jual di pasaran.

    “Harga jual ikan patin hanya sekitar Rp17.000 per kilogram, sementara biaya pakan menyerap hingga 70 persen dari total ongkos produksi. Ini jelas menyulitkan peternak untuk mendapatkan keuntungan,” ujar Ketut kepada medpolindo.com di Desa Koto Mesjid, Kabupaten Kampar, Riau, Kamis (19/6/2025).

    Ketut menegaskan bahwa persoalan ini tidak hanya terjadi di Riau, tetapi hampir merata di seluruh Indonesia. Tingginya harga bahan baku pakan ikan dan sulitnya proses penjualan saat panen menjadi dua hambatan utama yang membuat banyak peternak terancam gulung tikar.

    “Kami mendorong agar pemerintah segera turun tangan. Perlu ada skema subsidi untuk bahan baku pakan atau kebijakan lain yang dapat menekan biaya produksi. Jika tidak ditangani, para peternak ini akan mati perlahan,” tegas Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.

    Ia juga menyoroti ketimpangan pasar saat panen, di mana ikan dari sungai sering membanjiri pasar saat musim banjir dan menurunkan harga jual ikan budidaya.

    “Persaingan makin berat, apalagi peternak ikan darat ini masih harus menanggung ongkos produksi. Sedangkan ikan dari sungai yang datang secara alami tidak menanggung biaya tersebut. Harus ada kebijakan pasar yang berpihak,” tambah Ketut.

    Selain itu, bantuan alat produksi pakan yang selama ini diberikan menurutnya masih belum cukup. Petani hanya bisa memproduksi pakan dalam jumlah terbatas dan tidak berkelanjutan karena terkendala bahan baku.

    “Saat ini yang dibutuhkan adalah langkah konkret. Pemerintah tidak bisa terus menunda. Ini bukan hanya soal ekonomi peternak, tapi juga soal ketahanan pangan nasional dan akses protein murah bagi rakyat,” tutupnya.

    Indonesia
    Share. Facebook Twitter Copy Link

    Berita Terkait

    Cucun Komitmen Kawal Regulasi dan Anggaran Guna Tekan Stunting dan Kemiskinan Saat Reses

    20 Juni 2025

    Nasir Djamil: Transformasi Digital Korlantas Harus Jawab Tantangan Ketertiban Jalan Raya

    20 Juni 2025
    Add A Comment

    Comments are closed.

    BERITA TERKINI

    Cucun Komitmen Kawal Regulasi dan Anggaran Guna Tekan Stunting dan Kemiskinan Saat Reses

    20 Juni 20250

    Nasir Djamil: Transformasi Digital Korlantas Harus Jawab Tantangan Ketertiban Jalan Raya

    20 Juni 20250

    Harga Beras Melambung saat Stok Surplus, Masalah Serius dalam Distribusi

    19 Juni 20250

    Khilmi Dorong Inovasi Energi: Limbah Lokal Bisa Jadi Pengganti Solar untuk PLN

    19 Juni 20250

    Adies Kadir Tekankan Pentingnya Penguasaan Teknologi Terkini Bagi Generasi Muda

    19 Juni 20250
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Redaksi
    • Privacy Policy
    • Disclaimer
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    © 2025 Medpolindo. Designed by Aco.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

    Sign In or Register

    Welcome Back!

    Login to your account below.

    Lost password?