Close Menu
MedpolindoMedpolindo
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram
    MedpolindoMedpolindo
    Login
    • Nasional
    • MPR
    • DPR
    • DPD
    • Daerah
    • Peristiwa
    • Polhukam
    • Dunia
    MedpolindoMedpolindo
    • DPR
    • MPR
    • DPD
    • Disclaimer
    • Privacy Policy
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    Beranda » Pemilu Proporsional Terbuka Lebih Berdimensi Politik Masa Depan
    Nasional

    Pemilu Proporsional Terbuka Lebih Berdimensi Politik Masa Depan

    redaksiBy redaksi13 Januari 202303 Mins Read
    Share Facebook Twitter Pinterest Copy Link LinkedIn Tumblr Email Telegram WhatsApp
    Bagikan
    Facebook Twitter LinkedIn Copy Link

    JAKARTA, – Partai Golkar menjadi inisiator pertemuan sejumlah elite partai politik untuk menyampaikan sikap bersama terkait penolakan wacana sistem pemilu proporsional tertutup diberlakukan kembali.

    “Ini ada kepentingan bersama terkait dengan kedaulatan rakyat dan ini bukan hanya dirasakan Partai Golkar, tapi oleh seluruh partai peserta pemilu,” tegas Ketum Golkar Airlangga Hartarto.

    Sebanyak 8 parpol menegaskan komitmennya mendukung sistem pemilu proporsional terbuka, mengecualikan PDIP yang mendukung proporsional tertutup.

    Pengamat politik yang juga direktur Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti menilai argumen untuk kembali ke sistem pemilu proporsional tertutup tidak berkembang dan cenderung terjebak ke masa lalu. Berbeda dengan argumen pendukung proporsional terbuka yang cenderung berkembang dan berdimensi masa depan.

    “Saya kira mempertahankan argumennya (proporsional terbuka) itu jauh lebih banyak, bisa tiga kali lipat dari kembali ke proporsional tertutup,” kata Ray, Jumat (13/1/2023).

    Menurutnya, tiga garis besar argumen yang mendukung sistem proporsional tertutup yakni peserta pemilu adalah parpol, konsolidasi parpol, dan pemilu berbiaya rendah. Sementara itu, argumen pendukung proporsional terbuka justru terus berkembang.

    “Kalau itu berdimensi masa lalu, sudah kita alami. Justru terbuka itu adalah titik balik dari yang lalu,” ujarnya.

    Ray menjelaskan argumen penguat sistem proporsional terbuka yang berhubungan dengan masa depan yakni keberadaan dan perkembangan media sosial.

    “Kita ini hidup di era teknologi, di mana era media sosial menjadi perangkat yang paling utama dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan di media sosial itu politik juga diatur. Sudah banyak keputusan-keputusan politik itu berdasarkan media sosial,” ungkapnya.

    Menurut Ray, hal itu menandakan dominasi media sosial begitu besar dan mampu menentukan wajah politik. “Artinya dominasi atau peran media sosial di masa mendatang untuk menentukan wajah-wajah politik jauh lebih kuat dibandingkan dengan peran partai politik,” tambahnya.

    Oleh sebab itu, tidak relevan lagi ketika mendorong penguatan partai politik di masa depan. “Di tengah era seperti itu kita masih berpikir penguatan partai, tidak masuk akal. Itu di era 1960an, 1970an, relevan karena kita belum menemukan media sosial, di mana orang dalam menyalurkan aspirasi, mengadvokasi kebijakan itu tidak lain kecuali melalui partai,” pungkasnya.

    Perkuat Party ID

    Direktur Eksekutif Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC) Firman Manan mengatakan, penolakan sistem proporsional tertutup harus ditindaklanjuti dengan partai tersebut menjawab kelemahan dari sistem pemilu yang kini berlaku, yaitu sistem proporsional terbuka.

    “Delapan parpol menolak dan tetap pada sistem proporsional terbuka. Bukan hanya menolak sebetulnya, tetapi apa yang bisa dilakukan. Dalam konteks ini, misalnya kritik-kritik terhadap sistem proposional terbuka,” kata Firman, Jumat (13/1).

    Kritikan itu misalnya politik uang dan juga kurangnya kedekatan parpol dengan masyarakat.

    “Apa yang akan dan sedang dilakukan parpol, sehingga kalau di Pemilu 2024 masih tetap proporsional terbuka, maka parpol sedang melakukan langkah antisipatif. Sehingga para kadernya yang akan mencalonkan diri di Pileg tidak melakukan praktek-praktek politik uang,” jelas Firman.

    Pria yang juga dosen politik di Universitas Padjajaran (UNPAD) ini menambahkan, bahwa proporsional terbuka menjauhkan partai dengan publik, karena kedekatannya dengan kandidat.

    “Apa yang selama ini sudah dilakukan parpol dan apa yang akan dilakukan ke depan, sehingga Party ID kita bisa meningkat, dan kedekatan warga dan partai akan semakin baik,” kata Firman.

    Bicara Party ID terkait dengan kinerja partai. Ditambah lagi level kepercayaan publik kepada partai relatif rendah. “Apa yang sedang dan akan dilakukan parpol untuk mengembalikan kepercayaan publik, kemudian bagaimana parpol mendekatkan diri pada rakyat. Kalau itu yang dilakukan, itu lebih ideal,” tandas Firman.

    Dimensi Politik Masa Depan Pemilu 2024 Pemilu Proposional Terbuka
    Share. Facebook Twitter Copy Link

    Berita Terkait

    Tinjau Kesiapan Tahapan Pelaksanaan Pemilu, Komisi II Nilai Kota Bandung Siap Hadapi Pemilu Serentak 2024

    25 Mei 2023

    Teddy Setiadi Apresiasi Kesiapan KPU dan Bawaslu Cimahi Jelang Pemilu

    14 April 2023
    Add A Comment

    Comments are closed.

    BERITA TERKINI

    Tanpa Botol Plastik, Konferensi ke-19 PUIC Tunjukkan Komitmen Parlemen Islam terhadap Isu Lingkungan

    12 Mei 20250

    Delegasi Palestina di Parlemen OKI Desak Negara Islam Bertindak Hentikan Agresi Israel

    12 Mei 20250

    Pertemuan Bilateral BKSAP-Liga Parlemen untuk Al-Quds Tegaskan Langkah Konkret untuk Palestina

    12 Mei 20250

    DPR Siap Jadi Tuan Rumah Peringatan ke-25 Uni Parlemen Negara OKI, Gelorakan Spirit KAA 1955

    11 Mei 20250

    Pesan Solidaritas Palestina Lewat Diplomasi Budaya Indonesia

    11 Mei 20250
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Redaksi
    • Privacy Policy
    • Disclaimer
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    © 2025 Medpolindo. Designed by Aco.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

    Sign In or Register

    Welcome Back!

    Login to your account below.

    Lost password?